Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Jumat, 17 Oktober 2008

Cangkang Cantik Moluska yang Memikat

Views

Oleh Djulianto Susantio

JAKARTA – Menjelajah dan mengembangkan hobi ternyata bisa dilakukan sekaligus, terutama oleh mereka yang senang mengoleksi cangkang moluska. Saat ini di seluruh dunia diperkirakan terdapat tidak kurang dari 70.000 spesies moluska. Hewan-hewan ini hidup di air laut, air tawar, air payau, dan daratan.Kata moluska berasal dari bahasa Latin molluscus yang berarti lunak.

Memang tubuh hewan ini sangat lunak. Namun, tubuh lunak itu terlindung sejenis rumah yang berbahan keras dari kandungan kalsium karbonat. Para pakar zoologi (ilmu hewan) membagi hewan moluska atas lima kelas, yakni Cephalopoda, Bivalvia, Gastropoda, Scaphopoda, dan Polyplacophora. Secara garis besar moluska terdiri atas dua jenis, yaitu kerang (bercangkang dua) dan keong (bercangkang satu).


Unik

Sejak beberapa tahun lalu, kegemaran mengumpulkan moluska mulai memperoleh perhatian. Bentuknya yang indah dan terkadang unik serta warnanya yang menawan, sering kali memikat para kolektor. Diduga di Indonesia terdapat sekitar 15.000 spesies moluska.

Hal ini menyebabkan moluska mendapat tempat khusus, bukan saja di mata para kolektor, tetapi juga para peneliti/ilmuwan.Salah satu jenis moluska yang paling banyak dicari kolektor adalah konk (conch) dari kelas Gastropoda. Cangkangnya mempunyai puncak spiral yang kecil dengan lingkaran yang besar.

Karena itu pengetahuan tentang cangkang moluska kerap disebut konkologi dan kolektor moluska dinamakan konkologis. Pada sebagian masyarakat dikenal pula istilah malakalogi, yakni ilmu atau pengetahuan yang mempelajari cangkang moluska berikut isinya.Umumnya konkologis mencari koleksi yang berkualitas tinggi seperti keanehan dan kelangkaannya. Koleksi yang aneh dan langka biasanya berasal dari laut yang dalam.

Sampai sejauh ini, laut-laut dalam amat sedikit jumlahnya dibandingkan laut-laut dangkal. Karena itu sejumlah koleksi benar-benar amat langka. Para nelayan amat berperan mendukung kegemaran para konkologis itu. Mereka hampir selalu menerima pesanan untuk mencarikan segala jenis moluska.

Sering kali nelayan yang mengerti ikut memburu moluska di sela-sela kegiatan rutinnya menangkap ikan.Selain dibeli, cangkang moluska bisa dicari sendiri. Kolektor harus mau terjun ke dalam air karena moluska sering hidup di pasir atau karang. Bila segan turun ke air, moluska bisa dicari di sawah atau pesisir pantai.

Hanya saja, hasilnya kurang memuaskan karena warna cangkang tidak begitu indah. Ini disebabkan cangkang sering terkena sinar matahari, air, angin, dan pengaruh cuaca lainnya.


Hidup

Di mata konkologis, hewan dari dalam air dianggap lebih berkualitas karena warnanya masih berkilat atau berkilauan. Hewan hidup pun lebih disenangi karena warna cangkangnya tampak cerah dibandingkan warna cangkang hewan mati.

Untuk mendapatkan cangkang moluska, seorang kolektor sering kali harus mematikan atau membunuh hewan tersebut. Buat konkologis yang bisa memasak, mungkin tidak menjadi masalah karena banyak daging kerang dan keong enak dimakan dan bergizi tinggi. Tetapi persoalan akan timbul bila konkologis tidak bisa mengolahnya.Untuk mengeluarkan isi atau daging moluska, umumnya digunakan metode tradisional.

Daging moluska sengaja dibuat busuk. Setelah itu, daging dikeluarkan dari cangkangnya. Agar tidak menimbulkan bau berlebihan, sebaiknya pembusukan dilakukan di dalam kantong plastik.Cara lain adalah mengubur hewan yang masih hidup dengan pasir pantai. Dalam waktu satu minggu, daging hewan itu akan mengering.

Dengan demikian kita mudah mengeluarkan isinya.Pengeluaran isi harus hati-hati. Jangan sampai merusakkan bagian tertentu pada cangkang agar nilainya sebagai koleksi tetap tinggi. Selanjutnya kita harus membersihkan cangkang tersebut. Sebaiknya disemprot dengan air. Bila masih ada kotoran atau lumut, sikat perlahan-lahan.

Untuk merontokkan kalsium dan garam-garaman bisa digunakan larutan asam klorida (HCI). Caranya, cangkang dicelupkan sambil digoyang-goyang dengan penjepit selama beberapa saat, lalu kotorannya dikeluarkan.Banyak kolektor sering tidak sabar, misalnya dengan merebus moluska itu. Sebenarnya hal ini tidak baik karena porselinnya akan berubah warna.

Selain itu juga akan terkena oksidasi sehingga warnanya bisa menjadi hitam.Koleksi yang sudah bersih sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong plastik agar tidak teroksidasi dengan udara luar dan agar warnanya tidak berubah.

Boleh juga langsung diletakkan di dalam lemari kaca. Cuma harus sering dibersihkan dari debu atau kotoran. Melakukannya harus secara periodik, misalnya seminggu sekali atau dua minggu sekali. Agar tampak mengkilap para konkologis sering memberinya baby oil, yakni cairan yang biasanya digunakan untuk bayi.Baby oil terkesan lembut sehingga tidak membahayakan koleksi. Jangan lupa pula, kita harus sering membuka-buka lemari agar udara segar bisa masuk.


Katalogus

Menurut beberapa konkologis, koleksi yang baik berasal dari daerah terpencil karena belum terjamah oleh tangan-tangan manusia. Umumnya orang lebih menyenangi koleksi yang besar. Padahal sebenarnya sejumlah koleksi yang kecil, harganya lebih mahal.

Hal ini bisa dilihat dari katalogus moluska yang terbit di mancanegara. Di Jepang, misalnya, harga sebuah koleksi yang berukuran relatif kecil mencapai belasan dolar (yang termurah) hingga ratusan dolar (yang termahal). Memang konkologis Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan konkologis mancanegara.

Padahal kekayaan bumi Indonesia tergolong luar biasa. Ini misalnya bisa tergambar dari kolektor terbesar moluska Indonesia berasal dari Belanda. Koleksi-koleksi ini merupakan hasil pengumpulan ekspedisi Rumphius dari perairan Maluku pada zaman VOC.Selain risiko keselamatan, hobi mengoleksi cangkang moluska juga memerlukan biaya besar.

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik