Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Jumat, 06 Maret 2009

Mengenal Arca Kuno Asli dan Arca Kuno Palsu

Views


Oleh: Djulianto Susantio
Rata Penuh
Seiring maraknya bisnis arca-arca kuno, tentulah ada pikiran negatif untuk menipu konsumen. Dari sejumlah perajin arca di Desa Prumpung, Magelang, diketahui ada berbagai cara untuk membuat suatu arca agar berkesan antik. Selain diberi perasan air kunyit atau air teh, arca pun harus dipendam di dalam tanah selama beberapa bulan.

Buat masyarakat awam, termasuk para arkeolog, memang terasa sulit apabila harus mengidentifikasi mana arca asli dan mana arca palsu. Apalagi jika seorang pakar hanya melihat gambarnya, tanpa mengamati detail, tekstur, atau kelenturan (plastisitas) koleksi.

Namun untuk sekadar gambaran, menurut penelitian para pakar ikonografi (pengetahuan tentang seni arca kuno), setiap arca Buddha dan Hindu sudah memiliki gaya dan ciri tertentu.

Penggambaran arca Buddha diketahui sangat sederhana. Tanpa sesuatu hiasan, hanya memakai jubah. Tanda-tanda utamanya adalah rambutnya selalu keriting, di atas kepala ada tonjolan seperti sanggul (usnisa), dan di antara keningnya ada semacam jerawat (urna).


Dua Langgam

Umumnya arca merupakan bagian dari suatu candi. Karena terbuat dari batu, tentulah bobotnya terlalu berat. Oleh karena itu, agar lebih ringan, sebagai gantinya masyarakat kuno membuat arca logam yang relatif kecil untuk persembahan atau pemujaan di rumah. Justru bagi para peneliti zaman sekarang mengidentifikasi arca logam memiliki sedikit kendala dibandingkan arca batu.

Arca logam mudah sekali diangkut ke sana ke mari, sehingga sukar ditetapkan apakah arca logam itu benar-benar diperoleh dari suatu situs arkeologi atau bukan. Kesulitan lainnya adalah menentukan masa sejarah arca tersebut, kecuali kalau ada tulisan atau angka tahun. Oleh karena itu, perkiraan umur arca logam biasanya hanya berdasarkan pada corak atau bentuknya.

Lagi pula, umumnya kesenian India terikat oleh beberapa peraturan, meskipun peraturan-peraturan itu tidak membekukan daya cipta para seniman. Semuanya tersirat pada sejumlah kitab, seperti Silpasastra, Visnudharmottaram, dan Vastusastra (Sutjipto Wirjosuparto, Sedjarah Seni Artja India, 1956).

Keindahan seni India bisa dilihat dari bagian-bagian badan arca yang proporsional. Misalnya jarak antara mata harus sekian tala (semacam ukuran panjang). Begitu juga jarak dari mata ke hidung, hidung ke mulut, mulut ke dagu, dan seterusnya.

Selain itu, bagian-bagian arca harus menyerupai atau mendekati bentuk sesuatu yang dijadikan “patokan utama”. Beberapa persyaratan itu harus menyerupai hewan atau tumbuhan yang dianggap fantastis. Bagian-bagian badan yang dianggap paling vital adalah muka, kening, mata, telinga, hidung, bibir, leher, dagu, dada, bahu, tangan, jari, pinggang, kaki, dan lutut.

Pada dasarnya seni pahat arca kuno di Indonesia terbagi atas dua langgam, yakni langgam Jawa Tengah dan langgam Jawa Timur. Arca langgam Jawa Tengah dinilai sangat indah, betul-betul menggambarkan seorang dewa dengan segala-galanya. Arca langgam Jawa Timur agak kaku, mungkin karena sengaja disesuaikan untuk menggambarkan seorang raja atau pembesar negara yang telah wafat (Soekmono, Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 1973).

Berbagai ciri pada arca juga menjadi petunjuk untuk menempatkannya dalam masa sejarah tertentu. Mudah-mudahan dengan pengenalan singkat ini, Anda tidak tertipu oleh arca kuno yang ternyata palsu.

Penulis adalah seorang arkeolog,
tinggal di Jakarta

(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 17 Januari 2007)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik