Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 16 Februari 2009

Pilih Museum atau Lapangan Pekerjaan

Views

Oleh: Periksa Ginting

BOGOR - Takut benda-benda sejarah lenyap, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berniat membangun Gedung Museum Purbakala. Sayangnya, niat baik itu ditolak warga. Mereka lebih memilih urusan lapangan pekerjaan ketimbang museum.

Dalam sejarahnya Bogor adalah kota yang paling tua di Provinsi Jawa Barat (Jabar). Bogor juga pernah menjadi Ibu Kota Kerajaan Pajajaran. Keratonnya terletak di daerah Batu Tulis.

Sebagai acuan adanya kerajaan di daerah itu, di sekitar Batu Tulis terdapat Balai Kambang, Lawang Gintung, Jero Kuta, dan Situs Batu Tulis. Pada zaman Belanda, Bogor memiliki Istana Bogor dibangun pada tahun 1745.

Sebagai daerah bekas Kerajaan Pajajaran dan pada saat zaman kolonial Belanda dijadikan sebagai tempat peristirahatan sudah barang tentu banyak benda peninggalan di daerah ini. Namun, benda purbakala itu sudah banyak yang rusak, hilang tak tahu ke mana rimbanya, dan sebagian berada di tangan para kolektor atau pribadi.

Untuk itu, berbagai pihak yang masih peduli dengan keberadaan benda-benda purbakala itu, baik masyarakat umum, pemuda dan kalangan budayawan Bogor berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor segera menyelamatkan benda-benda peninggalan sejarah itu dan membangun Gedung Museum Purbakala di daerah berjuluk Kota Hujan tersebut.

Di akhir November 2007, muncul reaksi keras dari sejumlah organisasi kepemudaan di Bogor, terkait rusaknya sejumlah tempat bersejarah (situs) yang ada di Bogor. Mereka mendesak pemerintah maupun pihak terkait agar segera mengambil tindakan tegas dalam menindak oknum atau pihak-pihak yang diduga ikut terlibat dalam hancurnya sejumlah peninggalan sejarah.

’’Aspirasi masyarakat agar gedung Museum Purbakala segera dibangun di Bogor, awalnya terungkap dalam Pameran Kesejarahan yang digelar Dinas Informasi, Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud -red) Kota Bogor pada 23-24 November 2007. Banyak pengunjung pameran mengaku bingung untuk mengurus benda purbakala milik mereka, tapi tidak tahu harus disimpan di mana,’’ ungkap Kepala Seksi Pelestarian Budaya pada Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor, U Suherman kepada SH di ruang kerjanya.

Memang, tambah Suherman, berdasarkan penelitian dan pendataan pihaknya, banyak peninggalan bersejarah dari Kerajaan Pajajaran dan zaman kolonial Belanda. Namun, sebagian peninggalan tersebut sudah rusak, dan kini tinggal nama. Situs Rancamaya, misalnya. Situs tersebut kini sudah rusak setelah daerah Rancamaya dijejali bangunan perumahan mewah.

“Ternyata kepedulian masyarakat Bogor akan pelestarian peninggalan bersejarah di wilayahnya masih tinggi. Kami bersama pihak terkait lain merasa tergerak dan sepakat untuk segera merealisasikan rencana pembangunan Museum Purbakala di Bogor,’’ kata Suherman, yang didampingi Koordinator Pendataan Benda Cagar Budaya, Racmat Iskandar.

Gayung pun bersambut. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) rela menyerahkan bangunan rumah dinas Kepala PGN di Jalan MA Salmun, Kota Bogor untuk dijadikan lokasi Museum Purbakala. Pihak pengelola gedung museum nantinya diharapkan sanggup memberikan kontribusi dalam hal biaya perawatan dan pemeliharaan gedung tersebut.

“Rumah dinas itu masih memiliki konstruksi asli neoklasik yang dibangun Belanda pada tahun 1910. Konstruksi bangunan tersebut sangat tepat untuk dijadikan museum,” tambah Suherman.

Keberadaan bangunan rumah dinas kepala PT PGN untuk dijadikan museum sangat tepat. Ini karena hampir 90 persen bangunan di kawasan Jalan MA Salmun, konstruksi bangunannya merupakan bangunan kuno dan bersejarah. Rumah dinas itu terletak di atas lahan seluas 3.000 m2, dengan luas bangunan sekitar 150 m2, dan sangat mirip sebuah istana dengan halaman cukup luas.

Menurut Rachmat, untuk membangun gedung Museum Purbakala lengkap dengan segala fasilitasnya membutuhkan anggaran antara Rp 5 miliar sampai Rp 10 miliar. Namun, dengan adanya kerelaan PT PGN menyerahkan rumah dinas untuk dijadikan museum, maka anggaran tersebut bisa ditekan sekecil mungkin.


Tidak Setuju

Menanggapi rencana pembangunan Museum Purbakala, sejumlah warga Bogor mengaku kurang setuju. Bagi mereka, masih ada persoalan lain yang justru lebih penting dan dampaknya cukup signifikan. Daripada mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk membangun Museum Purbakala, lebih baik angaran tersebut digunakan untuk membangun di bidang pendidikan atau menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat miskin.

’’Saya sangat tidak setuju dengan pembangunan Museum Purbakala itu. Belum saatnya, pemerintah Kota Bogor membangun museum dengan angaran miliaran rupiah, sementara banyak warga yang kelaparan. Ribuan anak terancam putus sekolah karena tidak mampu melanjutkan pendidikan,’’ kata Encep, warga Bogor.

Dia membenarkan kalau banyak peninggalan bersejarah yang rusak, hilang, atau berada di tangan para kolektor karena tidak ada museum sebagai tempat menyimpan. Namun, karena kondisi perekonomian masyarakat saat ini masih terpuruk, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan nasib rakyat ketimbang membangun museum dengan anggaran miliaran rupiah.

’’Kalau kondisi ekonomi sudah pulih, tidak ada lagi warga miskin, atau anak terancam putus sekolah, tidak jadi masalah dibangun museum. Apa artinya dibangun museum kalau tidak bisa dinikmati masyarakat karena pusing memikirkan biaya hidup,’’ tambah Encep
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 5 Desember 2007)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik