Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Sabtu, 07 Februari 2009

Wajah Gajah Mada Terilhami dari Arca

Views


Mojokerto-Pernah terpikirkan bagaimana cara tokoh nasional Mohammad Yamin mendapatkan figur wajah Patih Gajah Mada sebagai panglima Majapahit? Wajah Gajah Mada yang bulat dan gemuk bukan usaha berimajinasi saja.

Syahdan, Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia 1945-1966, menginginkan wajah para tokoh pahlawan di Nusantara, dari Sabang hingga Merauke. Untuk rasa kebangsaan, Indonesia tentu harus memiliki tokoh-tokoh di tiap daerah. Agustin Sibarani, tokoh LKN (Lembaga Kebudayaan Nasional yang berafiliasi pada Partai Nasional Indonesia), mengajukan kepada Soekarno soal penggambaran wajah Sisingamangaraja—yang tetap digunakan hingga sekarang.

Hal itu dinyatakan oleh Agustin dalam bukunya, Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII (terbitan Bona Tora Jaya, Yayasan Sisingamangaraja Perwakilan Jakarta, 1980).

Dalam buku itu, Sibarani mengisahkan dirinya mengambil perbandingan dengan wajah keturunan Sisingamangaraja yang masih hidup. Wajah dinyatakan benar ketika salah satu putri Sisingamangaraja yang sudah menua kaget dan berteriak saat melihat hasil lukisan Sibarani.

Begitu pun ikhwal wajah Patih Gajah Mada. Tokoh kerajaan legendaris di Pulau Jawa sekitar abad 14 hingga 15 ini pun berhasil diwujudkan. Menurut Staf Registrasi Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Abdul Rozak, kepada SH (3/11), kemungkinan besar wajah di arca itu memang paras dari tanah liat Gajah Mada.

Arca yang ditemukan di wilayah Wringin Lawang itulah yang kemudian dijadikan patokan oleh Muhammad Yamin. Apalagi bila diparalelkan dengan kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca sekitar tahun 1350-1389, diperkirakan penemuan arca itu memang berada di sekitar wilayah tempat tinggal Patih Gajah Mada.

Arca mungil dari tanah liat itu sekarang ditempatkan di antara situs peninggalan lainnya yang dimiliki oleh Museum Trowulan. Dari balik kaca, setiap pengunjung bisa melihat wajah arca itu. “Mohammad Yamin mengambil sketsa wajah Gajah Mada dari arca ini. Para ahli memang sepakat bahwa itu adalah wajah Gajah Mada,” tutur Rozak.


Darma

Ada juga arca Batara Wisnu, dibuat pada masa pemerintahan Raja Airlangga, yang menurut pemandu Muhammad Ichwan adalah arca yang dibuat Raja Airlangga sebagai bentuk pendarmaannya. Arca ini ditemukan di Petirtaan di Belahan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. “Konsep dewa-raja ketika itu memang menganut pandangan bahwa raja adalah titisan dewa. Raja Airlangga meyakini dia adalah titisan dari Dewa Wisnu,” ujar Ichwan yang jebolan Jurusan Arkeologi Universitas Udayana (Unud) Bali itu kepada SH (2/11).

Ichwan juga menyebutkan beberapa umpak-umpak kuno berukuran besar (pondasi berbentuk sudut siku-red) yang ditemukan di wilayah Candi Kedaton. Di Candi Menak Jinggo, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, selain arca Garuda, ditemukan seni pahat batu yang melukiskan suasana perkampungan dan lanskap yang menjadi latar belakangnya.

Pemahatnya, “seniman kuno” di masa Majapahit, memperlihatkan varian yang berbeda. Selain itu, fokus antara objek rumah, pepohonan, dan manusia pun beragam. Seni pahat batu telah menjadi kekayaan di masa Majapahit serta salah satu khazanah kerajaan Nusantara di masa lalu.
(sihar ramses simatupang)

(Sumber: Sinar Harapan, Kamis, 6 November 2008)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik