Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Sabtu, 21 Maret 2009

Kuis SMS, Premium Call dan Judi

Views


Oleh: Djulianto Susantio

Salah satu fungsi telepon genggam (HP) adalah mengirim pesan pendek tertulis (SMS). Pada awalnya SMS dilakukan antarpribadi. Kemudian banyak dimanfaatkan untuk jajak pendapat oleh sejumlah LSM. Selanjutnya SMS berperan di bidang pelayanan jasa, antara lain untuk mengetahui hasil ujian saringan masuk mahasiswa, jadwal pertandingan olahraga, ramalan bintang, dan informasi perbankan. SMS bukan saja populer di masyarakat awam tetapi juga di kalangan pejabat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini membuka line SMS untuk menerima pengaduan masyarakat. Demikian juga pejabat-pejabat lainnya.

Seiring menjamurnya stasiun-stasiun televisi swasta, semarak SMS ibaratnya tak terkendalikan lagi. Berbagai acara seperti kontes nyanyi, lawak, dan semacamnya selalu mengandalkan pengiriman SMS sebagai juri. Bukan itu saja, acara olahraga, sinetron, film, dan infotainment kerap diselingi kuis SMS, termasuk acara-acara yang bersifat keagamaan.

Untuk memancing minat pemirsa, pertanyaan kuis dibuat sedemikian rupa sehingga berkesan sangat sederhana. Paling-paling pemirsa disuruh memilih satu di antara dua atau tiga pilihan jawaban.

Kini SMS juga sudah masuk ke bidang judi. Ironisnya, tarif satu kali SMS untuk acara-acara seperti itu relatif mahal, sekitar Rp 2.000. Padahal tarif SMS normal atau nonkuis hanya Rp 350 hingga Rp 500. Bandingkan dengan judi togel, setiap bertaruh Rp 1.000 akan memperoleh Rp 60.000. Inilah judi yang “paling halus”. Peserta judi SMS kebanyakan remaja dan pembantu rumah tangga.

Jumlah mereka ribuan hingga jutaan orang. Tidak bisa dikatakan kecil sebagaimana diungkapkan Iwan Fals, pemusik yang memperoleh penghargaan SCTV dalam wawancaranya baru-baru ini yang mengatakan “Terima kasih tak terhingga atas dukungan 1,8 juta SMS”. Kalau dikalikan dengan Rp 2.000, berarti penghasilan penyelenggara SMS sebesar Rp 3,6 miliar. Itu untuk pemilih Iwan Fals saja.


Judi atau Bukan?

Kuis lain sejenis SMS adalah premium call. Melalui pembicaraan telepon kita dipandu untuk menjawab beberapa pertanyaan singkat. Waktu yang dibutuhkan berkisar dua hingga tiga menit. Jika tarif satu menitnya Rp 3.420, hitung saja omset yang bakal diterima si penyelenggara. Pertanyaan kita sekarang, kuis SMS dan premium call, judi atau bukan?

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia judi didefinisikan “permainan dengan bertaruh uang”. Kuis SMS dan premium call sudah jelas identik dengan judi togel karena orang memasang nomor dan mengharapkan keuntungan darinya. Unsur spekulasinya begitu kuat. Memang peserta kuis tidak perlu mengeluarkan uang secara langsung. Ini yang membuat orang kecanduan. Namun tanpa disadari isi pulsa kerap berkurang, apalagi bila seseorang mengirim lebih dari satu SMS. Tagihan rekening telepon pun kian membengkak karena kuis premium call itu.

Di Indonesia lalu segala bentuk perjudian diharamkan sehingga dikategorikan penyakit sosial dan tindakan kriminal. Hal ini diperjelas oleh KUHP tentang perjudian yang mencantumkan larangan dan sanksinya. Apalagi Kapolri Sutanto berjanji akan memberantas judi dalam waktu sesingkat-singkatnya.


Menghilangkan Stres

Ironisnya, semakin sering dilarang, semakin banyak bermunculan judi. Ada semacam kasino di kompleks perumahan yang omsetnya mencapai miliaran rupiah sehari. Ada juga yang lebih kecil, seperti micky mouse, ding dong, dan rolet. Namun yang paling populer adalah togel (toto gelap) atau buntut. Meskipun dianggap meresahkan masyarakat—karena dihubungkan dengan kejahatan, mabuk-mabukan, preman, dan prostitusi—namun bagi segelintir orang, judi dipandang mampu memberikan nafkah pada keluarga.

Berjudi, bagi sementara orang, juga dianggap dapat menghilangkan stres. “Otak saya jadi bekerja karena selalu mengutak-atik kode nomor, ujar seorang pecandu berat. “Saya main kecil-kecilan, paling-paling tiap malam habis Rp 5.000. Pasangnya saja tiap nomor Rp 1.000,” sambungnya.

Menurutnya, dia bersama teman-temannya sering memecahkan kode angka, baik dari kertas yang dikeluarkan para penyelenggara maupun dari gambar-gambar kartun/karikatur pada media-media cetak. Sering kali tebakannya meleset, hanya sesekali mengenai sasaran. Berjudi memang banyak macamnya. Ada yang besar-besaran, ada pula yang kecil-kecilan atau iseng-iseng. Dia mengaku main kartu sejak sepuluh tahun lalu.

“Sekalian kongkow-kongkow sama teman daripada gua bengong di rumah. Nanti gua bisa pikun,” tuturnya polos. “Daripada main perempuan, ‘kan lebih baik main kartu. Nih lihat gua, masih sehat karena main kartu perlu berpikir. Kalo gua enggak berpikir, nanti gua kalah terus. Pokoknya ini bukan berjudi, tapi obat umur panjang. Tuh liat dia umurnya 80 tahun, tapi bantingannya gesit banget”.

Memang belum ada penelitian medis, apakah judi buntut merupakan obat stres, obat pikun, atau terapi otak, seperti halnya judi kecil-kecilan ala para manula tadi. Tapi yang jelas judi sudah berlangsung sejak lama dan sulit diberantas. Beberapa hari setelah Kapolri baru menjabat, memang judi sempat menghilang. Tapi kini mulai tumbuh lagi sedikit demi sedikit.

Penulis adalah pemerhati sosial,
tinggal di Jakarta

(Sinar Harapan, Senin, 25 Juli 2005)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik