Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Sabtu, 21 Maret 2009

Jejak Makassar di Museum La Galigo

Views


Oleh: Suriani

MAKASSAR - Kota Makassar tidak hanya memiliki wisata bahari dan kuliner yang menarik untuk dikunjungi, tetapi juga mempunyai jejak-jejak sejarah yang akan membawa kita menyelami Makassar tempo dulu. Salah satu objek wisata yang sarat nilai sejarah ini adalah Museum La Galigo.

Museum La Galigo terdapat di dalam kawasan Fort Rotterdam alias Benteng Ujung Pandang yang berhadapan dengan Pantai Losari. Untuk mencapai lokasi tersebut, dengan kendaraan roda dua atau empat, dibutuhkan waktu cukup lima menit dari Pelabuhan Makassar, atau sekitar setengah jam dari Bandara Hasanuddin.

Saat memasuki Gerbang Fort Rotterdam, di balik kemegahan dinding-dindingnya, terdapatlah Museum La Galigo yang berada di bagian kanan benteng.

Museum ini didirikan tahun 1676 oleh pemerintah Belanda pada masa pendudukannya di kota ini. Awalnya, Museum La Galigo adalah tempat kediaman Gubernur Jenderal Belanda Cornelis Speelman.

Konstruksi bangunannya menggunakan besi dengan ketebalan 80-100 cm. Gaya arsitekturnya adalah gotik dengan ciri yang dapat ditemukan, seperti tembok samping menjulang tinggi yang diiikat dengan besi serta pintu-pintu yang tinggi dan lebar.

Semula, Museum La Galigo ini terdiri atas rumah-rumah kayu dengan arsitektur tradisional Makassar dengan berdenah segi lima yang terdiri dari lima bastion dan dua pintu keluar. Pintu besar terdapat di sebelah barat, menghadap ke laut (Pantai Losari) dan pintu kecil terdapat di sebelah timur. Sedangkan kelima bastion tersebut adalah bastion bone, bastion buton, bastion amboina, bastion bacan, dan bastion mandarsyah.

Dalam perkembangannya, Museum La Galigo digunakan sebagai markas komando pertahanan, kantor pusat pemerintahan dan perdagangan, serta permukiman pejabat-pejabat tinggi Belanda pada masa penjajahan, yakni sekitar tahun 1937.

Setelah masa penjajahan Belanda beralih ke pendudukan Jepang, museum ini pun digunakan sebagai pusat penelitian bahasa, yakni sekitar tahun 1942-1945.

Pada masa revolusi fisik (1945-1950) museum ini dijadikan sebagai pusat komando pertahanan dalam menumpas pejuang-pejuang republik.


Peninggalan Sejarah

Sebelum museum ini diserahkan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1970, yakni tahun 1950-1969, museum ini digunakan sebagai tempat permukiman anggota TNI dan sipil. Bagi Anda yang mengunjungi museum ini, banyak benda peninggalan sejarah yang dapat ditemukan, misalnya, foto-foto hitam putih Benteng Rotterdam tempo dulu yang akan membawa kita melintasi waktu ke masa lalu. Di tempat ini pula kita dapat melihat Benteng Rotterdam secara keseluruhan pada maket yang tersimpan di dalam kaca.

Selain itu, terdapat juga sejarah Sulsel mengenai pelautnya yang tangguh serta motto pelaut Sulsel, termasuk peta topografi, bahasa, suku bangsa, serta berbagai macam perahu tradisional dan rumah-rumah tradisional khas Bugis Makassar. Juga terdapat bendi yang membelakangi sebuah sepeda kumbang, ruangan prasejarah, dan arkeologi yang menyimpan arca, alat-alat yang terbuat dari batu, serta fosil.

Kendi-kendi, manik-manik, miniatur candi, phallus, replika, serta patung prasejarah Sulsel dan saringan air tempo dulu, akan memberikan gambaran kondisi masyarakat di daerah ini pada masa lalu.

Pada lantai dua dari museum ini, akan dijumpai alat tenun serta hasil tenunan khas Sulsel, alat-alat bercocok tanam, serta hasil pertaniannya. Selain itu, juga akan ditemukan patung-patung yang terpajang rapi dengan memakai busana adat daerah dan pakaian pengantin Sulsel.

Oleh karena itu, bagi yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Kota Makassar, Museum La Galigo yang berada di dalam Kawasan Fort Rotterdam yang asri dan menyimpan sejarah itu, dapat menjadi pilihan yang menarik untuk dikunjungi.

Bagi masyarakat setempat yang ingin mengenal sejarah kotanya lebih jauh, atau sekadar bersantai dengan keluarga atau sahabat, lokasi wisata ini juga sangat cocok. Sebab di samping dapat merambah jejak sejarah di museum, Anda juga dapat menikmati semilir angin Pantai Losari, bunga-bunga yang bermekaran, serta hamparan rumput hijau di sekeliling kawasan Fort Rotterdam.

(Sinar Harapan, Rabu, 2 Mei 2007)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik