Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Selasa, 03 Maret 2009

Negeri Emas yang Memudar

Views


Oleh: Djulianto Susantio


Dulu Indonesia kaya emas. Masyarakat Indonesia telah mengenai logam itu ribuan tahun lalu. Diperkirakan logam mulia tersebut telah ada sejak tradisi megalitik, sekitar tahun 3000 hingga 2000 SM. Pendukung tradisi itu antara lain ditemukan di Nias. Di sana emas/perhiasan merupakan perangkat penting untuk mengadakan owasa (pesta) karena dianggap mempunyai hubungan erat dengan ”dunia atas” (alam baka) dan sebagai ”pemberi hidup”.

Emas dianggap mempunyai cahaya kuat dan magis. Setiap kesempatan owasa, apa pun tujuannya, sering kali berhubungan dengan pendirian berbagai monumen. Karena itu selalu diperlukan emas. Tradisi megalitik dan emas tidak dapat dipisahkan (”Sejarah Nasional Indonesia Jilid I”, 1984).

Barang-barang terbuat dari emas banyak dijumpai pada sejumlah situs arkeologi, terutama di Jawa Barat dan Bali. Di tempat lain emas baru dikenal sekitar akhir tahun 500 SM. Di Kalimantan kemungkinan besar perhiasan emas pertama kali dikenakan oleh Suku Dayak Biaju, berasal dari sekitar tahun 2000 SM. Gelang dan cincin banyak ditemukan dalam situs-situs purba di daerah itu.

Dalam kitab ”Perjanjian Lama” disebutkan sekitar tahun 1500 SM, Raja Sulaiman mengirimkan ekspedisi ke Ophir (Ofir). Dari situ ekspedisi membawa 420 talenta emas. Pada 945 Raja Sulaiman (bukan Raja Sulaiman di atas) mengirim lagi kapal-kapalnya ke Ofir untuk mencari emas.


Pulau Jelai

Mungkin Ofir terletak di Sumatera karena di daerah Tapanuli Selatan terdapat pegunungan Ofir. Di sebelah Timur Ofir ditemukan lagi gunung lain, Gunung Amas (Gunung Emas). Banyaknya emas di Indonesia, tak luput dari perhatian orang-orang Yunani. Kitab ”Periplous tes Erythras thalasses”menyebut suatu tempat bernama Chryse yang berarti emas. Negeri ini terletak di sekitar Samudera Hindia yang menurut para pakar tidak lain adalah Indonesia.

Berita lain berasal dari kitab „Geographike Hyphegesis” karya Ptolomeus. Di dalamnya disebutkan nama-nama tempat, seperti Argyre Chora (Negeri Perak), Chryse Chora (Negeri Emas), dan Chryse Chersonesos (Semenanjung Emas). Kitab itu juga menyebutkan Iabadiou (Pulau Jelai). Dugaan kuat Iabadiou identik dengan Yawadwipa (bahasa Sansekerta). Yang belum jelas Yawadwipa itu Pulau Jawa atau bukan.

Sebagai negara kaya, waktu itu Indonesia banyak berhubungan dagang dengan India, China, dan banyak negara lain. Peranan Indonesia amat penting. Terbukti barang-barang Indonesia mendapat tempat di pasaran internasional. Berita dari dinasti Tang di China (618-906) mengatakan daerah Ho-ling (mungkin kerajaan Kalingga) telah menjalin hubungan dagang dengan China mulai abad ke-5. Barang-barang dari Indonesia yang paling disukai masyarakat China adalah emas, perak, dan kulit penyu.

Adanya negeri penghasil emas juga pernah dikemukakan seorang musafir China, I-tsing. Emas terbanyak dihasilkan oleh kerajaan Sriwijaya, begitu katanya. Para pakar menafsirkan emas tersebut diperoleh dari Lang-p’o-lu-ssu (Barus). Selama beberapa abad Sriwijaya sering dijuluki Negeri Emas, Pulau Emas, dan Kota Emas. Catatan China lainnya menyebutkan kerajaan Koying sebagai penghasil emas dan batu mulia. Koying, katanya, merupakan suatu pelabuhan yang terletak di tepi pantai teluk Wen, menjorok ke arah Bukit Barisan.


Arab dan Portugis

Dokumen Arab mengatakan kerajaan Zabag (Muara Sabak) dan Zarbosa menguasai pertambangan emas dan perak. Pulau Nias kaya akan emas sehingga para pedagang Portugis berusaha mencari emas di pulau itu. Kalah dan Sribuza, selain kaya tambang emas, juga penghasil timah terbesar.

Gambaran lain diberikan oleh sumber Portugis, terutama catatan Tome Pires. Konon Barus, Padir, Tikim, Indragiri, Pariaman, dan Kampar merupakan pelabuhan ekspor emas ke Portugis. Ditambahkan oleh sumber itu, Pulau Sumatera sangat kaya akan emas sehingga orang China menjulukinya Kintcheou (Pulau Emas).

Dari berbagai sumber kuno diketahui tambang emas ada di mana-mana. Ekspor emas ke mancanegara, sehingga negeri kita mendapat julukan Negeri Emas, Pulau Emas, atau Kota Emas. Sayang, julukan demikian makin hari makin meredup. Ini disebabkan emasnya juga makin hilang. Sekarang tambang-tambang emas Indonesia dikuasai asing, maka tak salah kalau sekarang julukannya ”Negeri Emas yang Memudar”.

Penulis adalah arkeolog,
tinggal di Jakarta

(Sumber: Sinar Harapan, Senin, 8 Mei 2006)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik