Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Selasa, 17 Maret 2009

Fosil 3,3 Juta Tahun di Etiopia

Views


Oleh: Merry Magdalena

JAKARTA- Sebuah fosil berusia 3,3 juta tahun ditemukan di Dikika, Etiopia. Fosil yang menyerupai anak manusia itu diduga kuat berasal dari spesies yang sama dengan “Lucy”. Siapakah Lucy? Ia adalah nama fosil yang digali pada tahun 1974 dengan nama latin Australopithecus afarensis.

Temuan ini cukup me-ngejutkan para ilmuwan, demikian seperti yang dikutip jurnal ilmiah Nature belum lama ini. Mereka yakin temuan ini dapat menyibak pertumbuhan dan perkembangan nenek moyang manusia. Fosil spesies Australopithecus afarensis memang tergolong langka alias jarang ditemukan.

Tulang belulang itu pertamakali ditemukan tahun 2000 lalu, tertimbun di balok batuan pasir. Butuh waktu lima tahun lamanya untuk melepaskan tulang-tulang dalam kondisi baik dan utuh dari balok tersebut.

“Fosil Dikika kini membuka tabir begitu banyak rahasia tentang Australopithecus afarensis dan semua hominin masa awal, sebab bukti-bukti fosil terdahulu tidak ada,” ungkap Zeresenay Alemseged, pemimpin penggalian dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, Leipzig, Jerman.

Temuan ini meliputi seluruh tengkorak kepala, termasuk lengan dan bagian atas dan bawahnya. Melalui pemindaian CT, gigi geligi fosil ini diketahui masih terdapat di dalam rahang sebagian. Detail ini membuat ilmuwan berpikir bahwa tulang ini dimiliki oleh seorang anak perempuan berusia tiga tahun ketika ia meninggal.

Yang menarik, sejumlah tulang yang tidak biasanya nampak dalam proses fosilisasi juga ditemukan. Seperti misalnya lidah dan tulang hyoid. Tulang hyoid merefleksikan bagaimana kotak suara manusia terbentuk dan menentukan jenis suara spesies yang dihasilkan.

Dengan menilai hal itu, ilmuwan memprediksi bahwa kerangka tersebut berasal dari tubuh yang terkubur dengan proses cepat oleh sedimen dalam peristiwa banjir. “Opini saya, afarensis adalah spesies transisi yang sangat baik berasal dari masa sebelum empat juta tahun lalu dan mewakili apa yang akan terbentuk setelah tiga juta tahun,” jelas Dr Alemseged seperti yang dikutip BBC News Online baru-baru ini.

Spesies ini adalah kombinasi antara bentuk kera dan bentuk manusia. Ini membuat afarensis memiliki posisi istimewa dalam studi evolusi manusia. Nenek moyang zaman awal ini mempunyai susunan gigi primitif dan otak berukuran kecil, namun berdiri cukup tegak dan berjalan dengan dua kaki.

Ada juga dugaan bahwa “gadis Dikika” ini mampu memanjat pohon selayaknya kera. Kemampuan memanjat ini dikenali dari instrumen anatomis seperti lengan yang panjang.

Spesies “Lucy” ini memiliki lengan yang cukup panjang. Bahunya pun memiliki susunan mirip bahu gorila yang diduga memungkinkannya bergayutan dari pohon ke pohon.

Ukuran otak gadis Dikika ini sekitar 330 setimeter kubik saat meninggal, tidak jauh beda dengan ukuran otak simpanse. Jika dibandingkan dengan ukuran otak afarensis dewasa, sudah terbentuk sekitar 63-88 persen ukuran normal. Ini lebih kecil daripada ukuran otak simpanse dewasa.

Spesies ini berarti memang lebih dekat ke manusia katimbang bangsa kera. Kerangka Lucy, afarensis terdahulu, ditemukan di Hadar, Etiopia pada tahun 1974.

(Sumber: Sinar Harapan, Senin, 25 September 2006)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik