Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Sabtu, 21 Maret 2009

Kerdilnya Manusia Flores Purba

Views


JAKARTA – Tekanan lingkungan yang tidak mendukung faktor kehidupan, hingga kini masih dipercaya sebagai faktor utama penyebab mengerdilnya tubuh homo floresiensis, yang ditemukan di Leang Bua – Flores, beberapa waktu silam. Namun keberadaan manusia flores modern yang hingga kini tak menampakkan perubahan tubuh yang makin mengecil, kemudian menjadi pertanyaan lanjutan. Apakah teori Dwarfisme pulau yang dianggap melingkupi proses pengerdilan homo floresiensis, masih dapat dipertanggungjawabkan.

Teori isolasi yang diungkapkan beberapa ahli untuk menjawab sebab-musabab mengecilnya tubuh spesies tersebut, sebenarnya berlandaskan pada paham Darwin (Charles Darwin – The Origin of Species) yang mengemukakan kemungkinan terjadi proses perubahan fisiologi pada tubuh makhluk hidup, untuk tetap bisa mempertahankan kelangsungan hidup mereka di bumi ini. Teori ini sering dijabarkan dengan keberadaan hewan seperti jerapah yang berleher panjang. Menurut Darwin, jerapah purba tidaklah berleher panjang, namun karena makanan yang ia butuhkan berada di antara pohon-pohon yang tinggi, dan jerapah berusaha menggapai pucuk-pucuk pohon tinggi tersebut. Membuat posisi lehernya makin lama makin memanjang.

Teori ini juga yang kemudian diungkapkan kembali oleh para ahli untuk menjawab kenyataan kecilnya tubuh spesies homo floresiensis, yang baru mereka temukan di daerah Ruteng tersebut. Menurut mereka dwarfisme (dari kata dwarf dalam bahasa Inggris) pulau menjelaskan makhluk hidup yang terpisahkan secara geografis dari populasi di daratan induk mengalami pengecilan ukuran tubuh secara bertahap akibat tidak mencukupinya sumber makanan setempat. Proses ini diketahui dengan baik dari fosil-fosil mamalia yang ditemukan di pulau-pulau. Misalnya, diperkirakan bahwa gajah dengan tinggi tubuh satu meter yang ditemukan di Pulau Sisilia dan Malta berubah menjadi kerdil sedikitnya 5.000 tahun setelah terdampar di pulau tersebut dan terpisahkan dari gajah-gajah berketinggian empat meter.

”Namun bila melihat kondisi orang Flores saat ini. Tampaknya teori tersebut kini harus dipertanyakan kembali keabsahannya,” imbuh Rokhus Due Awe, salah seorang arkeolog anggota penggalian situs Leang Bua, Sabtu (2/4) kemarin.

Pernyataan Rokhus tersebut mungkin agak terdengar nyeleneh, karena bertabrakan langsung dengan teori Dwarf yang dipilih banyak ahli arkeologi lain. Namun Rokhus menyatakan bahwa omongannya tersebut bukanlah hanya omong kosong tanpa dasar. Kemudian ia memberi contoh manusia Flores saat ini, yang notabene juga memiliki faktor kekurangan gizi (malnutrisi). ”Pada kenyataannya tidak ada yang mengalami pengerdilan tubuh, hingga sedemikian ekstrem, seperti yang dialami homo floresiensis,” tukasnya.


Asal Kecil

Ketika fosil homo floresiensis ditemukan pertama kali, para ilmuwan menyangka itu adalah fosil anak kecil. Bisa dimaklumi karena sejauh ini tidak ada catatan adanya bangsa yang sekerdil itu. Orang pigmi di Afrika saja lebih tinggi dengan ukuran tubuh rata-rata 1,4 hingga 1,5 meter.

Salah satu penjelasan mengenai hal itu adalah bahwa selama ribuan tahun, orang-orang ini menjadi makin kecil karena kondisi alam menjadikan mereka kecil. Mamalia-mamalia yang menjadi kerdil di pulau-pulau Flores juga mendukung teori itu. Sebabnya antara lain karena di sana hanya ada sedikit persediaan makanan, sedikit hewan pemangsa, dan sedikit spesies yang berebut wilayah. Karena kebutuhan energi per harinya sedikit, maka tidak diperlukan tubuh besar untuk bertahan.

Tentu saja tidak ada bukti yang membenarkan teori di atas. ”Yang jelas tidak ada fosil manusia berbadan besar yang ditemukan di Flores bersama peralatan-peralatan batu berusia 840.000 tahun lalu,” kata Peter Brown, pakar arkeologi dari Universitas New England - Australia, menanggapi hal ini. ”Artinya mereka mungkin tidak mengerdil di sana, karena tidak ada bukti nenek moyangnya bertubuh besar. Mereka mungkin tiba sudah dalam postur kecil.”


Masih Yakin

”Hingga kini kami masih yakin, bahwa pengerdilan yang terjadi pada tubuh homo floresiensis diakibatkan karena depresi lingkungan sekitar mereka. Seperti makanan terbatas, daya hidup terbatas, membuat bentuk tubuh mengecil,” ungkap Thomas Sutikna, menanggapi hal ini, pada sebuah acara teleconference yang diadakan sebelumnya.

Menurutnya indikasi ini sebenarnya sangat menarik secara ilmu pengetahuan. Mengingat proses pengerdilan seperti ini ternyata juga terjadi pada jenis makhluk hidup lain di bumi ini. Ia mencontohkan, seperti kasus pengerdilan yang dialami hewan seperti gajah di Sisilia. ”Karena itu kesimpulan kami masih sama, bahwa jenis spesies ini secara teori menderita depresi dari lingkungan sekitar, hingga tubuhnya mengecil. Seperti yang diungkapkan beberapa ahli sebelumnya,” imbuh Thomas.

Thomas juga mengungkapkan, bahwa hingga saat ini mereka telah menemukan enam individu yang sama selama penggalian mereka di Leang Bua hingga saat ini. Menurutnya fenomena manusia kerdil ini, tidaklah memiliki indikator mengidap penyakit di tubuhnya.

Masih sangat banyak pertanyaan berkaitan dengan manusia Flores tersebut. Tetapi untuk mengetahuinya kita harus bersabar menunggu penelitian, karena seperti pengumuman temuan yang terkesan terlambat, kira-kira 13 bulan lalu dan baru diumumkan secara luas sekarang. Setiap kajian ilmiah memang harus melalui penelitian mendalam untuk memastikan bahwa yang disampaikan adalah sesuatu yang benar-benar relevan. (str-sulung prasetyo)

(Sinar Harapan, 4 April 2005)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik