Pengumuman

Bila tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 23 Maret 2009

Uji Biologi Temukan: Homo Floresiensis Bukan Spesies Baru

Views


Jakarta - Polemik tentang asal-usul Homo Floresiensis tampaknya terus saja berlanjut. Baru-baru ini beberapa ilmuwan gabungan AS dan Inggris, mengajukan asumsi lain yang tak setuju dengan teori bahwa mahluk tersebut benar spesies baru manusia.

Sebelumnya Profesor Dean Falk, peneliti utama dari penemuan fosil Homo Floresiensis, dengan tegas menyatakan kalau tulang manusia yang ditemukannya bukanlah karena penyakit microcephalic. Kecilnya dimensi tulang tengkorak dari mahluk ini, menurutnya alami. Karena tak ditemukannya gejala-gejala ada pengecilan otak, dari tulang tersebut.

Namun baru-baru ini ahli biologi dari Museum Field di Chicago, Robert Martin dan rekan-rekan sejawatnya berhasil menemukan argumen baru mengenai polemik ini. “Ada masalah fundamental dari kecilnya ukuran tengkorak yang dimiliki mahluk ini, bila dicocokan dengan kemampuan menggunakan alat purba pada masa yang sama,” ujar Martin, yang dikutip dari BBC News, akhir pekan lalu.

Menurutnya ketidak cocokan tersebut terungkap saat memperhatikan tipe perangkat yang digunakan Homo Floresiensis. Kebanyakan perangkat tersebut, serupa dengan perangkat yang digunakan oleh manusia modern, Homo Sapiens.

Sedangkan volume otak yang dimiliki mahluk ini, jelas membuat keraguan. Apakah bisa otak dengan volume yang hanya 400 kubik sentimeter – berarti seukuran otak simpanse - seperti yang dimiliki mahluk ini, bisa memiliki kecerdasan menggunakan perangkat serupa dengan manusia modern yang disinyalir hidup bersama mereka?

“Mereka lebih mirip Homo habilis atau Homo Australopithecus, yang juga memiliki tubuh kecil,” tambahnya. “Meskipun kedua mahluk yang disebutkan hidup lebih lama dari tulang yang ditemukan di Flores.”

Chris Stringer, Kepala Sejarah Manusia di Museum Sumber Daya Alami Inggris, malah berkomentar kalau isu ini sebenarnya menarik kalau kita mau memperhatikan lebih cermat hasil temuan tulang yang sudah ada. “Pada saat kami melihat dengan foto yang diperbesar, kami menemukan jenis teraneh dari manusia. Kesimpulan kami secara patologi, tulang temuan dari Flores tersebut bukan seperti manusia modern. Malah lebih persis manusia primitif, yang serupa dengan beberapa jenis lain yang pernah kami temukan beberapa waktu sebelumnya,” ujarnya.

Ia juga menyimpulkan, kalau secara keseluruhan kumpulan tulang tersebut, mulai dari tulang bahu, dagu dan geraham, secara umum mengindikasikan kalau para peneliti kini terjebak dengan teori evolusi dari spesies manusia. “Beberapa material yang ditemukan menunjukkan berumur 70.000 tahun. Beberapa yang lain diperkirakan ada semenjak 12.000 tahun yang lalu. Sekarang kita tak berbicara satu mahluk yang hidup berkelanjutan antara satu dengan yang lainnya. Ada kemungkinan mahluk-mahluk ini hidup berbeda periodenya pula,” ujar Chris lagi.

Dr. Martin juga menantang teori Prof. Falk, yang menyatakan kalau penemuannya tersebut bukanlah karena penyakit microcephalic. Ia menyarankan agar para ilmuwan mencari contoh manusia modern yang terkena microchepalic di Indonesia, yang hidup selamat hingga usia lanjut.

Homo Floresiensis sendiri menjadi terkenal karena temuan Prof. Falk di Leang Bua, Flores tahun 2003 lalu. Setelah dilakukan beberapa analisis terhadap tulangnya, akhirnya dinyatakan temuan tersebut merupakan jenis spesiesbaru manusia, bernama Homo Floresiensis.

Tinggi mahluk tersebut yang hanya satu meter (sekitar tiga kaki) dan ukuran tengkorak yang hanya bisa menampung otak sebanyak 400 kubik sentimeter (setara dengan 24 kubik inci), mengundang banyak sensasi. Pertempuran teori mengenai keberadaan mahluk ini, yang benar spesies baru manusia atau karena penyakit pengecilan kepala, atau dikenal dengan nama microcephalic. (sulung prasetyo)

(Sinar Harapan, 29 Mei 2005)

Tidak ada komentar:

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA :
EMAIL :
PERIHAL :
PESAN :
TULIS KODE INI :

Komentar Anda

Langganan Majalah Internasional

Jualan Elektronik