Views
DENPASAR Tim Balai Arkeologi Denpasar kembali menemukan sarkofagus saat melakukan evakuasi atas peti mayat dari batu yang ditemukan sebelumnya di Subak Abang, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
"Sarkofagus ketiga yang ditemukan tahun 2009 itu lokasinya berjejer dengan benda serupa yang ditemukan sebelumnya, dengan umur berkisar 2.500-3.000 tahun," kata Kepala Balai Arkeologi Denpasar, Wayan Suantika, di Denpasar, Rabu (4/1).
Ia mengatakan, sarkofagus yang ditemukan kali ini berbentuk trapezium dengan tonjolan di bagian samping, dan penemuan sebelumnya yang sedang dievakuasi itu berbentuk kura-kura memiliki panjang 60 sentimeter, tinggi 57 sentimeter, digali dari kedalaman 1,5 meter di bawah permukaan tanah.
Tim Balai Arkeologi yang beranggotakan lima orang dan enam orang dari tim Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Bali akan segera merampungkan penggalian sarkofagus tersebut.
Suantika menjelaskan, sarkofagus berbentuk trapezium lokasinya berimpitan dengan sarkofagus berbentuk kura-kura yang ditemukan masyarakat secara kebetulan pada 1 Pebruari lalu.
Sebelumnya, 12 Januari lalu, juga ditemukan benda serupa hanya berjarak tujuh meter di sebelah utara. Dengan demikian, di kawasan Desa Keramas memasuki tahun 2009 telah ditemukan tiga sarkofagus atau 13 buah sejak tahun 1978.
Di Bali secara keseluruhan telah ditemukan 131 sarkofagus, 71 buah diantara digali dari berbagai tempat di wilayah Kabupaten Gianyar. Sarkofagus tersebut kini menjadi koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.
Menurut Made Swastika, seorang peneliti pada Balai Arkeologi Denpasar, dengan ditemukannya puluhan sarkofagus di Desa Keramas itu maka dapat disimpulkan bahwa aerah tersebut sekitar awal Masehi atau 2.500-3.000 tahun yang silam merupakan salah satu tempat permukiman penduduk di Bali.
Hal itu diperkuat dengan adanya Pura Besakih di sekitar Desa Keramas yang dihiasi patung (arca) pada jaman megalitik, namun masyarakat jaman itu belum mengenal alat tulis menulis, namun mempunyai peradaban yang cukup tinggi.
"Mereka sangat menghormati yang mati dengan menguburkan dalam sarkofqagus, karena mempunyai pemikiran (ideologi) kelak di alam sana mendapat tempat yang baik (sorga)," ujar Made Swastika.
Ia menambahkan, orang Bali yang hidup pada zaman megalitik atau sekitar 2.500-3000 tahun yang silam menganggap ada persamaan antara kehidupan yang dijalani di dunia dengan kehidupan setelah mati.
Oleh sebab itu, orang yang mati sangat dihormati, proses penguburan dilakukan secara mewah dengan memberikan bekal kuburan. Penguburan dalam sarkofagus merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada orang yang meninggal.
"Penguburan terhadap anggota keluarga yang meninggal pada zaman megalitik itu dilakukan dalam pekarangan rumah masing-masing, tidak seperti halnya sekarang di Bali masing-masing desa adat mempunyai kuburan," ujar Made Suastika.(Ant/OL-01)
(Media Indonesia, Rabu, 4 Februari 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar